Banten-News | Democracy | Tangsel
Rizal Bawazier, pengusaha muda berdarah Lengkong Kyai/lengkong Ulama yang bertekad untuk mencalonkan diri sebagai balon Wali Kota Tangerang Selatan pada Pilkada 2020 ini – Sumber Foto: Istimewa
Rekam jejak, asal-usul kandidat Bakal Calon (Balon) Wali Kota untuk Pilkada Tangsel 2020 mulai terkuak satu persatu. Ternyata rata-rata dari mereka adalah putra asli daerah atau istilah gaulnya akamsi Tangerang Selatan itu sendiri. Sebut saja Benyamin Davnie, Muhamad, Siti Nur Azizah, Arsid, Pilar Saga Ichsan dan Tommy Patria Edwardy.
Dominasi oleh kandidat putra asli Tangsel itu sesuai dengan semangat masyarakat Tangsel untuk mencari pemimpin dari daerahnya sendiri yang notabene dianggap dan diharapkan lebih membumi dan mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat di sana.
Dus, karena itulah ketika muncul kandidat baru yang dianggap dari luar Tangsel, maka publik kurang menunjukkan respon yang positif. Seperti munculnya kandidat bakal calon wali kota Rizal Bawazier yang sukses sebagai pengusaha muda dari Jakarta.
Ketika Rizal Bawazier mulai mensosialisasikan niatnya untuk maju sebagai kandidat wali kota Tangerang Selatan untuk Pilkada 2020 nanti, masyarakat Tangsel kurang menanggapinya dengan antusias. Rizal dianggap sebagai petualang politis yang ingin mengadu hasrat berkuasanya di Tangsel semata.
Ternyata kecurigaan masyarakat Tangsel tersebut tidak tepat. Pasalnya, tak kalah dengan kandidat-kandidat lainnya, ternyata Rizal Bawazier pun juga merupakan putra asli keturunan dari Lengkong Kyai Tangerang.
Nenek Rizal Bawazier, Siti Aminah adalah putri asli Lengkong Kyai Kabupaten Tangerang. “Nenek saya adalah orang sana asli. Beliau lahir sekitar tahun 1930 di Lengkong Kyai. Karena itulah ketika keluarga saya merantau dan merintis usaha di Jakarta, setiap lebaran kita selalu pulang ke Lengkong Kyai. Waktu itu kita masih naik gethek (rakit bambu) untuk nyebrang sungai Cisadane,” kenang Rizal.
Rizal bersyukur dirinya lahir dari keturunan Lengkong Kyai. Pasalnya seperti namanya, desa Lengkong Kyai atau Lengkong Ulama ini suasananya memang sangat kuat dengan nuansa kota santri. Dari sejarahnya memang, daerah Lengkong tidak pernah lepas dari tokoh legendaris Raden Aria Wangsakara, seorang kyai penyebar agama islam yang masuk ke sana. Raden Aria Wasangkara merantau ke wilayah Tangerang karena tak sepaham dengan saudaranya yang berpihak kepada penjajah Belanda. Dalam pengembaraan Aria Wangsakara memilih daerah di tepian sungai sebagai tempatnya bermukim dan mengajarkan agama Islam dengan cara mendirikan pesantren dan mendirikan mesjid.
Hebatnya selain sebagai ulama, Arya Wangsakara juga ikut aktif berjuang melawan VOC atau penjajah Belanda. Konon semangat inilah yang membuat masyarakat Lengkong memiliki jiwa nasionalis dan patriotisme yang tinggi. Terbukti semangat melawan penjajah dari Aria Wangsakara tersebut, diteruskan masyarakat setempat pada masa penjajahan Jepang.
Semangat patriotisme masyarakat Lengkong semakin diperkuat dengan adanya peristiwa pertempuran Lengkong yang memunculkan pahlawan-pahlawan nasional yang ternama seperti Mayor Daan Mogot yang kini namanya dijadikan nama jalan yang membentang dari Grogol, Jakarta Barat, hingga Kota Tangerang.
Memang harus diakui, peristiwa heroik putra-putra bangsa pada pertempuran Lengkong tersebut sangat luar biasa. Bagaimana tidak, pada peristiwa tersebut telah gugur sebanyak 34 prajurit taruna muda dan 3 perwira Tentara Republik Indonesia. Apalagi mereka tewas di usia muda, 16-24 tahun. Selain itu, ada sebagian prajurit yang luka berat dan sebagian lain yang tidak dapat melarikan diri ditawan Jepang.
Karena itulah untuk mengenang peristiwa yang terjadi sekitar 70 tahun lampau, pada hari Jumat, 25 Januari 1946 tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk Monumen Palagan Lengkong yang dibangun pada pada 26 januari 1967 di Jalan Bukit Golf Utara, BSD City Tangerang.
Mungkin karena mewarisi darah keberanian para pemuda pejuang lengkong inilah maka Rizal Bawazier merasa terpanggil untuk turut berjuang agar bisa membaktikan dirinya bagi kemajuan daerah yang memiliki kesan sangat mendalam di lubuk hatinya saat bersama sang nenek melalui Pilkada 2020 sekarang.
Mengusung konsep 10M untuk perubahan dan kemajuan Tangsel, Rizal berharap bisa mendapatkan kepercayaan warga Tangsel untuk mewujudkan harapan perubahan dan kemajuan bagi semua masyarakat. (kumparan.com)